Dalam kehidupan di dunia ini tak jarang kita dapati orang-orang baik yang hidupnya pas-pas an,
terkadang terlihat susah, menderita, dan banyak cobaan, sedangkan
sebagian orang yang bergelimang
dosa-maksiat, atau jahat terlihat banyak harta, berkedudukan
terpandang, dan hidupnya terlihat senang dan bahagia tanpa kesulitan; dimana mungkin di antara kita ada yang bertanya
kenapa Tuhan mengizinkan hal demikian atau mengapa tidak diberi hukuman dan kesusahan kepada
orang-orang jahat dan banyak dosa tersebut ?
Ketahuilah bahwa dalam Islam, dunia itu adalah fana, sementara,
dan tak ada artinya dibandingkan kehidupan setelahnya. Dalam Al
Qu’ran seringkali disebutkan
perumpamaan kehidupan dunia itu bagaikan permainan dan senda gurau belaka, sedangkan kehidupan
di akhirat adalah yang abadi, kekal selamanya, dengan nikmat yang sempurna bagi orang-orang beriman dan beramal sholeh
semasa hidupnya, dan
kesengsaraan yang tak terkira bagi yang banyak amalan jahatnya. Dan
sebagian ayat Al Qur’an
mengisyaratkan pendapat umat manusia ketika mereka
dibangkitkan kelak di akhirat yang menganggap kehidupan mereka di dunia dahulunya tak ubahnya bagaikan hidup dari pagi sampai
sore hari saja bahkan lebih kurang dari itu. Tak heran Rasulullah pernah menunjukkan kehinaan
dunia dengan mengumpamakannya
dengan bangkai busuk yang terlihat para sahabat yang mengikutinya
ketika itu, bahkan lebih hina dari itu.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang
menipu.” (Qur’an : Al Hadid ayat20)
Dan perlu untuk diketahui juga, kenikmatan dunia berupa banyaknya harta, anak, wanita, dan
kedudukan terpandang yang
dimiliki itu bukanlah sebagai tolak ukur seberapa besar kecintaan Allah dan kemuliaan seseorang
disisi Tuhannya. Banyak harta, kedudukan, dsb yang dimiliki itu bisa jadi merupakan fitnah
kenikmatan yang diberikan Allah pada seseorang sehingga dibuat
terlena olehnya (ISTIDRAJ), lalu ia pun mengira dosa-dosa yang diperbuat selama ini tak ada efek
buatnya atau malah menganggap
Allah ridho padanya. Padahal bisa jadi Allah membencinya sehingga sampai pada tingkat membiarkannya begitu saja sehingga dosa-dosa nya makin
menumpuk tak terbatas.
Kemudian
sampai pada masa yang dijanjikan seperti kematiannya, maka binasa
totallah ia di hadapan Yang Maha Kuasa yang akan membalas semua
amal perbuatan manusia walaupu sebesar atom, atau yang lebih kecil
dari itu.
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-
Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata: “Tuhanku
telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia
berkata: “Tuhanku menghinakanku”.
Sekali-kali tidak (demikian),
……” (Quran Al Fajr ayat 15-17)
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti
bahwa), Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka. Tidak, sebenarnya
mereka tidak sadar.” (Qur’an, Al-Mukminun ayat 55 - 56)
Hendaknya kita berhati-hati dan waspada ketika bermaksiat akan
tetapi kenikmatan tetap turun,
karena bisa jadi artinya kita sudah mendapat ISTIDRAJ (Kenikmatan /
Kelebihan Yang Memperdaya)
dimana hidup tetap senang-senang saja padahal sebenarnya hukuman
ditangguhkan untuk sekian waktu lamanya atau hingga pada kematian
padahal dosa makin lama makin menumpuk sehingga tak ada harapan yang tersisa di hadapan Yang Maha Kuasa kelak, di kehidupan sebenarnya yang abadi.
“…..Nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur
(ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.dan Aku
memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh.” (Qur’an Al Qolam ayat
44-45)
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka
ketika itu mereka terdiam berputus
asa.” (Al-An’aam 44)
Dan berbahagialah bagi orang-orang yang mendapat “teguran”
dengan segera ketika melakukan suatu dosa dan maksiat karena bisa
jadi artinya Allah menyayanginya;
dan celakalah bagi orang-orang yang dibiarkan Allah bergelimang
dosa tanpa perubahan yang berarti dalam hidupnya - malah misalnya
semakin banyak hartanya, karena bisa jadi Allah sudah murka dan membiarkan dosa nya menumpuk
makin banyak dan banyak, maka ia pun binasa pada akhirnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Apabila Allah menghendaki
hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya
hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan
hukumannya sampai akan
disempurnakan balasannya kelak dihari kiamat. (HR. Muslim)
Maka begitulah Tuhan sudah
menetapkan keputusannya untuk menangguhkan hukuman sebagian
orang yang penuh dosa dan
berbuat jahat sebagai bentuk tipu daya dari Nya sehingga hidupnya
tetap senang bahagia padahal hukuman paling dahsyat sudah
menantinya tanpa bisa
terselamatkan; dan begitu jugalah Tuhan sudah menetapkan memberikan rezeki yang apa
adanya bagi sebagian hambaNya karena Ia Maha Tahu bahwa dengan
tingkat rezeki seperti itu hambaNya tersebut menjadi pribadi yang baik,
atau dengan diberikan musibah kepadanya sebagai ujian ia pun bersabar sehingga dengan
kesabarannya pahala yang tiada batas telah menantinya di dalam taman kenikmatan yang tiada
bandingnya dan kekal abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar